Minggu, 15 Desember 2013

Laporan masa bimbingan Rahmi | Pecinta Alam



LAPORAN MASA BIMBINGAN MOUNTAINEERING
ANGKATAN AKAR LAYUNG




Nama : SITA RAHMI FAUZIAH
NTA : Ex. S 001 AL


SMAN 4 GARUT


BAB  I
1.      PENDAHULUAN
Mabim mountaineering merupakan salah satu syarat menjadi anggota SISPAKALA didalam AD-ART . Oleh karena itu saya dan rekan rekan saya mengadakan dan melaksanakan mabim ini agar saya dapat menjadi anggota SISPAKALA . Aktivitas mendaki gunung ini nampaknya bukan lagi merupakan suatu kegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu (yang menamakan diri sebagai kelompok Pencinta Alam, Penjelajah Alam dan semacamnya). Melainkan telah dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum. Namun demikian bukanlah berarti kita bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas mendaki gunung, menjaadi bidang ketrampilan yang mudah dan tidak memiliki dasar pengetahuan teoritis. Didalam pendakian suatu gunung banyak hal-hal yang harus kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam) yang berupa : aturan-aturan pendakian, perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang baik, untuk mendaki gunung dan lain-lain. Segalanya inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering .



Latar Belakang
·         Menjalankan aturan AD-ART
·         Syarat untuk menjadi anggota
·         Menambah pengaklaman dilapangan





2.      DASAR
AD-ART BAB 5 pasal 40 yaitu :
1.      Masa bimbingan (mabim) dilaksanakan setelah calon siswa melaksanakan pendidikan dan latihan dasar SISPAKALA dan telah dilantik menjadi siswa oleh pembina, kepala sekolah, atau ASPER DAN BADAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (BKPH) kecamatan cikajang
2.      Telah mengikuti musyawarah SISPAKALA (MUSIS) serta memahami anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD-ART)
3.      Masa bimbingan (mabim) dilaksanakan selama 4 kali dengan kurun waktu maksimal 2 tahun dengan materi yang ditentukan, kemudian
4.      Apabila siswa mengikuti kegiatan diluar program kerja organisasi yang bersifat kepencinta alaman dengan mengatasnamakan SISPAKALA dapat mengajukan bukti berupa dokumentasi dan laporan kegiatan sebagai pengganti mabim .
5.      Kegiatan yang dilakukan sebagai pengganti mabim disahkan oleh Pembina setelah menyerahkan dokumjentasi dan laporan kegiatan beserta mempresentasikan hasil kegiatanya didalam forum yang di hadiri oleh siswa , anggota dan dewan kehormatan

3.      Maksud dan tujuan
·         Menjalankan aturan organisasi (AD-ART)
·         Salah satu syarat untuk menjadi anggota SISPAKALA
·         Menambah pengalaman
·         Menambah wawasan agar lebih mengerti pada saat praktek dilapangan
·         Meningkatkan tali silaturahmi
·         Meningkatkan solidaritas dan kebersamaan


4.      Waktu dan tempat
Waktu : minggu, 01 desember 2013
Tempat : kaki gunung cikuray (carik)


5.      Peserta
1)      Sita Rahmi Fauziah
2)      Fitri indriyani
3)      Atet malki mukmar
4)      Edi saepul R
5)      Taufik Hidayah
6)      Nispia Asgalib
7)      Wawan Gunawan


6.      Panitia pelaksana

Ketua pelaksana : sanda nur fadilah
Bendahara : Siti nurhartanti
Sekertaris : wawan Gunawan
Humas : atet malki mukmar
Pembimbing 1 : Karisma B Pratama
Pembimbing 2 : Aldy Nugraha
Pembimbing 3 : Dicky Lukmana
Pembimbing 3 : Gerry
Pembimbing 4 : Gellar
Pembimbing 5 : Acep Nurwilda
Pembimbing 6 : m. surya naofal
Pembimbing 7 : dadan Yanwar













BAB II
Isi
A.    Materi yang diperdalam
MOUNTAINEERING
Mountain = Gunung
 Mountaineer = Orang yang berkegiatan di gunung
Mountaineering = Segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung atau dalam arti yang luas berarti suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pendakian ke puncak-puncak gunung yang sulit
Mendaki gunung adalah suatu kegiatan keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan yang seakan hendak mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya sendiri. Mendaki gunung adalah suatu kegiatan keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan yang seakan hendak mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya sendiri.
Banyak alasan orang melakukan kegiatan mountaineering namun pada dasarnya keitan itu dilakukan untuk :
1. Mata pencaharian
2. Adat Istiadat
3. Agama /Kepercayaan
4. Ilmu Pengetahuan
5. Petualangan
6. Olahraga
7. Rekreasi

Jenis Perjalanan Berdasarkan Tingkat Kesulitan Medan.
Perjalanan baik pendakian atau pemanjatan berdasarkan pada tingkatkesulitan medan yang dihadapi dapat dibagi sebagai berikut:
1Walking : Berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki yang serius.
2. Hiking (hill walking) : Medan sedikit bertambah sulit sehingga dibutuhkan perlengkapan kaki yang memadai. Hill walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah (di kepramukaan dikenal dengan nama stock atau tongkat pandu) sebagai alat bantu. Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.
Level berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Berbeda dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling ekstrim adalah climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, sling, dan sederetan peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat.
Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik, bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai level kegiatannya.
3. Climbing
Climbing adalah olah raga panjat yang dilakukan di tempat yang curam atau tebing. Tebing atau jurang adalah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Tebing terbentuk akibat dari erosi. Tebing umumnya ditemukan di daerah pantai, pegunungan dan sepanjang sungai. Tebing umumnya dibentuk oleh bebatuan yang yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca.
Di dalam arti yang sebenarnya memang climbing itu panjat tebing. Tetapi banyak pula orang mengartikan bukan hanya panjat saja dalam kegiatan climbing ini melainkan juga Repling (turun tebing), Pursiking (naik tebing dengan menggunakan tali pursik) dan lain-lain.
Biasanya orang melakukan pemanjatan tebing ini dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, kekuatan tangan, kekuatan kaki, keseimbangan tubuh dijadikan tolak ukur dalam melakukan pemanjatan ini. Panjat tebing bukan hanya di alam tetapi kita bisa di tebing buatan (woll-climbing).
Dalam divisi climbing ini sangatlah mengharapkan peran lembaga STTA dalam melancarkan kegiatannya, yaitu adanya pembuatan woll-climbing. Didalam pembuatan wool-climbing memang memerlukan dana yang cukup besar. Maka dari itu Palastta mengharapkan kerjasama dari pihak manapun untuk dapat bekerja sama dalam pembuatan wool-climbing ini.

a. Rock Climbing : Pemanjatan pada medan batu . Rock Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.
- Scrambling : Medan semakin curam sehingga dibutuhkan bantuan tangan untuk menjagakeseimbangan tubuh. Praktis tidak memerlukan tali ataupun perlengkapan lainnya yang khusus.
- Technical Climbing : Pemanjatan pada permukaan tebing yang sulit. Dibutuhkan teknik khusus dan bantuan peralatan. Jenis ini di bagi dua, yaitu :
Ø Free Climbing: Rute yang dilalui sulit sehingga dibutuhkan tali, alat-alat dan teknik yang khusus untuk melindungi bila terjatuh . Patut diperhatikan bahwa alat –alat disini hanya berfungsi sebagai alat- alat pengaman saja dan bukan sebagai penambah ketinggian.
Ø Artificial Climbing: Tebing hanya memberikan celah yang sangat tipis atau bahkan tidak ada sehingga penggunaan tangan dan kaki saja adalah mustahil. Untuk itu pendakian jenis ini sepenuhnya tergantung kepada perealatan yang juga dipergunakan secara langsung untuk menambah ketinggian . Dapat dikatakan ketinggian kita dapat terus bertambah hanya semata-mata karena bantuan alat-alat seperti tangga tali dfan sebagainya.
bSnow/Ice Climbing : Pemanjatan pada medan es dan salju . Ice and Snow Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.
4. Expedition : Kegiatan pendakian yang membutuhkan berbagai pengetahuan dan membutuhkan waktu yang lama serta memerlukan pengorganisasian tertentu dengan berbagai variasi medan yang harus dilalui
Sistem/Teknik pendakian
Tidak semua medan yang dilalui untuk menuju puncak itu seragam sehingga ada beberapa sistem/teknik yang dilakukan untuk menuju puncak yang harus disesuaikan dengan karakter medan. Pada beberapa pendakian kita kenal ada tiga buah sistem/teknik pendakian yaitu :
1. Alpin Taktik : sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya tidak terlalu jauh, dan tidak kembali lagi ke base camp serta seluruh tim pendaki harus dapat mencapi puncak (taktik ini berkembang di pegunungan alpen yang karakternya sangat sesuai dengan taktik ini)
2. Himalayan taktik : Sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya cukup jauh sehingga untuk menuju puncak ada beberapa base camp yang didirikan guna melakukan sistem drop barang, pada taktik ini tidak semua anggota tim harus mencapai puncak (taktik ini berkembang di pegunungan himalaya yang karakternya sangat sesuai dengantaktik ini)
3. Siege taktik : Gabungan antara Alpin Taktik dan Himalayan taktik.

PERSIAPAN DALAM SEBUAH PERJALANAN
1. Dapat berpikir secara logis.
Ini adalah elemen yang terpenting dalam membuat keputusan selama pendakian, dimana cara berpikir seperti ini lebih banyak mempertimbangkan faktor safety atau keselamatannya.
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan. Meliputi pengetahuan tentang medan ( navigasi darat) ,cuaca dan teknik pendakian , pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan sebagainya.
3. Dapat mengkoordinir tubuh kita.
a. koordinasi antara otak dengan anggota tubuh.
- Haruslah terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan di
Otak dan apa yang sanggup dilakukan oleh tubuh.
- Keseimbangan antara emosi dan kemampuan diri.
- Ketenangan dalam melakukan tindakan .
b. koordinasi antar anggota tubuh.
Ialah keseimbangan dan irama anggota tubuh itu sendiri dalam membuat gerakan-gerakan atau langkah- langkah ketika berjalan atau diam
4. kondisi fisik yang memadai.
Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalam olahraga yang cukup berat . Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian / pemanjatan bergantung pada kekuatan fisik. Untuk mempunyai kondisi fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah berlatih.
5. Berdoa




PERENCANAAN PERLENGKAPAN PERJALANAN
Dalam melakukan perjalanan atau petualangan di alam bebas, tentu kita perlu menyiapkan
segala sesuatu yang akan memperlancar perjalanan kita. Kesiapan fisik dan mental merupakan
modal yang paling mendasar
yang harus dimiliki seorang Mountaineer. selain itu peralatan dan perlengkapan yang layak dan lengkap adalah pendukung keberhasilan dan sekaligus sebagai tolok ukur seorang Mountaineer yang profesional. Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan yang tepat dan efisien. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah:
1. Mengenal jenis medan apa yang akan dihadapi nanti(hutan, rawa, tebing, semak, termasuk diantaranya kondisi sosial masyarakat setempat)
2. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan / ekspedisi, latihan, penelitian, SAR, liburan, dll)
3. Mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan selama perjalanan (sehari, 3 hari, seminggu, sebulan, dsb)
4. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban (beratnya tidak melebihi sepertiga berat badan (15-20 kg), walaupun ada yang mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai 30 kg.)
5. Memperhatikan dan menyiapkan hal-hal khusus yang mungkin dibutuhkan dalam perjalanan (misalnya : vitamin, obat-obatan tertentu, peta, dll)
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat menyiapkan perlengkapan dan perbekalan
yang sesuai dan selengkap mungkin dan juga buatkan daftar barang yang harus dibawa lakukan pengecekan sebelum dan sesudah perjalanan.
Berikut ini adalah peralatan dan perlengkapan yang harus disiapkan seorang mountaineer.
Perlengkapan Perorangan:
1. Carrier / Ransel / day-pack (sebelum barang dimasukkan, biasakan bungkus barang-barang
dengan kantong plastik untuk menghindari hujan)
2. Matras
3. Rain coat / ponco
4. Sleeping Bag dan perlengkapan tidur
5. Perlengkapan makan & minun
6. Baju hangat / jaket + baju ganti (cadangan)
7. Sepatu gunung + kaos kaki cadangan
8. Senter (Baterai + bohlam cadangan)
9. Kupluk + topi rimba, sarung tangan, peluit
10. Obat-obatan pribadi
11. peralalatan navigasi (Kompas,dll), webbing, tali dll
12. Logistik
13. Lilin dan lampu senter
14. Pisau serba-guna / Victorinox
15. perlengkapan mandi
#. Perlengkapan Team :
1. Tenda
2. Peralatan masak
3. P3K
4. Trash Bag
5. Golok Tebas

PERBEKALAN
Perbekalan (makanan dan minuman) yang kita bawa sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan minimal kita. Hal ini dimaksudkan agar perbekalan tersebut tidak terlalu berlebih sehingga menjadi beban tambahan, namun juga tidak kurang. Yang dibawa dianjurkan yang banyak mengandung kalori serta lengkap vitamin dan mineralnya. Untuk minuman, hindari minuman berakohol, walaupun tempat kegiatan kita nanti udaranya sangat dingin. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih jenis perbekalan yang akan kita bawa ke lapangan :

1. Memiliki komposisi gizi dan kalori yang cukup, serta tidak asing;
2. Terlindung dari kerusakan, tahan lama dan sederhana dalam menanganinya;
3. Sedapat mungkin siap pakai atau tidak memerlukan waktu lama dalam memasaknya, irit air dan bahan bakar;
4. Ringan dan mudah didapatkan setiap saat.
PACKING
Yang menjadi dasar dari packing adalah keseimbangan badan. Bagaimana kita menumpukan beban barang bawaan pada tubuh sedemikian rupa sehingga kaki dapat bekerja secara efisien. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam packing ini, yaitu:
 1. susun perlengkapan dalam ransel secara berurut dari yang terberat sampai yang teringan dan sesuai prioritas keperluan, dari atas ke bawah;
2. letakkan perlengkapan yang paling berat di bagian teratas, dan sedekat mungkin dengan tubuh kita;
3. letakkan barang-barang yang sewaktu-waktu diperlukan pada bagian atas atau bagian luar ransel;
4. kelompokkan barang-barang yang dibawa ke dalam kantong-kantong plastik yang tidak tembus air;
5. buatlah check list dan peta barang bawaan untuk mempermudah penyusunan dan pemeriksaan kembali.
PENGETAHUAN DASAR BAGI MOUNTAINEER

1. Orientasi Medan
Menentukan arah perjalanan dan posisi pada peta
Dengan dua titik di medan yang dapat diidentifikasikan pada gambar di peta. Dengan menggunakan perhitungan teknik/azimuth, tariklah garis pada kedua titik diidentifikasi tersebut di dalam peta. Garis perpotongan satu titik yaitu posisi kita pada peta.

Bila diketahui satu titik identifikasi. Ada beberapa cara yang dapar dicapai :
Kalau kita berada di jalan setapak atau sungai yang tertera pada peta, maka perpotongan garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau sungai adalah kedudukan kita.
Menggunakan altimeter. Perpotongan antara garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan kontur pada titik ketinggian sesuai dengan angka pada altimeter adalah kedudukan kita.
Dilakukan secara kira-kira saja. Apabila kita sedang mendaki gunung, kemudian titik yang berhasil yang diperoleh adalah puncaknya, maka tarik garis dari titik identifikasi itu, lalu perkirakanlah berapa bagian dari gunung itu yang telah kita daki.
Menggunakan kompas
Untuk membaca peta sangat dibutuhkan banyak bermacam kompas yang dapat dipakai dalam satu perjalanan atau pendakian, yaitu tipe silva, prisma dan lensa.
Peka dalam perjalanan
Dengan mempelajari peta, kita dapat membayangkan kira-kira medan yang akan dilaui atau dijelajahi. Penggunaan peta dan kompas memang ideal, tetapi sering dalam praktek sangat sukar dalam menerapkannya di gunung-gunung di Indonesia. Hutan yang sangat lebat atau kabut yang sangat tebal acap kali menyulitkan orientasi. Penanggulangan dari kemungkinan ini seharusnya dimulai dari awal perjalanan, yaitu dengan mengetahui dan mengenali secara teliti tempat pertama yang menjadi awal perjalanan.
Gerak yang teliti dan cermat sangat dibutuhkan dalam situasi seperi di atas. Ada baiknya tanda alam sepanjang jalan yang kita lalui diperhatikan dan dihafal, mungkin akan sangat bermanfaat kalau kita kehilangan arah dan terpaksa kembali ketempat semula. Dari pengalaman terutama di hutan dan di gunung tropis kepekaan terhadap lingkungan alam yang dilalui lebih menentukan dari pada kita mengandalkan alat-alat seperti kompas tersebut. Hanya sering dengan berlatih dan melakukan perjalanan kepekaan itu bisa diperoleh.
2. Membaca Keadaan Alam
Keadaan udara
Sinar merah pada waktu Matahari akan terbenam. Sinar merah pada langit yang tidak berawan mengakibatkan esok harinya cuaca baik. Sinar merah pada waktu Matahari terbit sering mengakibatkan hari tetap bercuaca buruk. Perbedaan yang besar antara temperature siang hari dan malam hari. Apabila tidak angin gunung atau angin lembab atau pagi-pagi berhembus angina panas, maka diramalkan adanya udara yang buruk. Hal ini berlaku sebaliknya. Awan putih berbentuk seperti bulu kambing. Apabila awan ini hilang atau hanya lewat saja berarti cuaca baik. Sebaliknya apabila awan ini berkelompok seperti selimut putih maka datanglah cuaca buruk.
Membaca sandi-sandi yang diterapkan di alam, menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti :
- Sandi dari batu yang dijejer atau ditumpuk
- Sandi dari batang/ranting yang dipatahkan/dibengkokkan
- Sandi dari rumput/semak yang diikat
Tujuan dari penggunaan sandi-sandi ini apabila kita kehilangan arah dan perlu kembali ke tempat semula atau pulang.
3. Tingkatan Pendakian gunung
Agar setiap orang mengetahui apakah lintasan yang akan ditempuhnya sulit atau mudah, maka dalam olahraga mendaki gunung dibuat penggolongan tingkat kesulitan setiap medan atau lintasan gunung. Penggolongan ini tergantung pada karakter tebing atau gunungnya, temperamen dan penampilan fisik si pendaki, cuaca, kuat dan rapuhnya batuan di tebing, dan macam-macam variabel lainnya.
Kelas 1    : Berjalan. Tidak memerlukan peralatan dan teknik khusus.
Kelas 2 : Merangkak (scrambling). Dianjurkan untuk memakai sepatu yang layak, Penggunaan tangan mungkin diperlukan untuk membantu.
Kelas 3 : Memanjat (climbing). Tali diperlukan bagi pendaki yang belum berpengalaman.
Kelas 4 : Memanjat dengan tali dan belaying. Anchor untuk belaying mungkin diperlukan.
Kelas 5 : Memanjat bebas dengan penggunaan tali belaying dan runner. Kelas ini dibagi lagi menjadi 13 tingkatan.
Kelas 6 : Pemanjatan artificial. Tali dan anchor digunakan untuk gerakan naik. Kelas ini sering disebut kelas A. Selanjutnya dibagi dalam 5 tingkatan.
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)
Bayangkan ada seorang pendaki yang tidak hati-hati lalu terjatuh ke dalam jurang sedalam 10 meter. Sangat miris karena pendaki tersebut mengalami trauma tulang belakang yang cukup parah. Prognosa menyatakan dia bakal lumpuh seumur hidupnya dari batas pusar ke bawah (paraplegi). Menurut cerita teman-teman pendaki yang ikut mendaki bersama dia, pertolongan di tempat kejadian dilakukan oleh pendaki lain yang kemungkinan besar belum mengetahui teknik PPGD. Kita lalu akan membayangkan korban diangkat dari dasar jurang entah dengan apa dan bagaimana, namun dapat diyakinkan bahwa proses evakuasi, mobilisasi dan tranportasi korban sangatlah merugikan dan memperburuk cedera tulang belakangnya.
Bayangkan juga ada seorang pendaki yang tiba-tiba mengalami serangan jantung yang menyebabkan jantungnya tiba-tiba berhenti berdenyut lalu mengalami kematian mendadak karena tidak mendapatkan pertolongan yang cepat, padahal kita berada tidak jauh dari lokasinya. Atau seorang pemanjat tebing yang mengalami kecelakaan dan menyebabkan fraktur terbuka yang mengeluarkan cukup banyak darah lalu membuatnya pingsan. Apakah yang harus kita lakukan ?
Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya. Harus dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan di fasilitas kesehatan sampai pasca kejadian cedera. Tercapainya kualitas hidup penderita pada akhir bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai pertolongan yang diberikan.
Jadi prinsip dan tujuan dilakukannya PPGD adalah :
1. Menyelamatkan kehidupan
2. Mencegah keadaan menjadi lebih buruk
3. Mempercepat kesembuhan
Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu system yang terpadu dan tidak terpecah-pecah, mulai dari pre hospital stage, hospital stage, dan rehabilitation stage. Hal ini karena kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pre Hospital Stage bukan hanya tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Jika di tempat pertama kali kejadian penderita mendapatkan bantuan yang optimal sesuai kebutuhannya maka resiko kematian dan kecacatan dapat dihindari. Bisa diilustrasikan dengan penderita yang terus mengalami perdarahan dan tidak dihentikan selama periode Pre Hospital Stage, maka akan sampai ke rumah sakit dalam kondisi gagal ginjal.
Penderita dengan kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat diselamatkan dari kerusakan otak yang ireversibel. Syok karena kehilangan darah dapat dicegah jika sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya evakuasi & tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar.
Oleh karena itu orang awam yang menjadi first responder harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu :
• Menguasai cara meminta bantuan pertolongan
• Menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)
• Menguasai teknik menghentikan perdarahan
• Menguasai teknik memasang balut-bidai
• Menguasai teknik evakuasi dan tranportasi
Penyebarluasan kemampuan sebagai penolong pertama dapat diberikan kepada masyarakat yang awam dalam bidang pertolongan medis baik secara formal maupun informal secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan kurikulum yang sama, bentuk sertifikasi yang sama dan lencana tanda lulus yang sama. Sehingga penolong akan memiliki kemampuan yang sama dan memudahkan dalam memberikan bantuan dalam keadaan sehari-hari ataupun bencana masal.

Didalam MOUNTAINEERING mencakup :
A.    SURVIVAL
Survival berasal dari kata survive yang berarti bertahan hidup. Survival adalah mempertahankan hidup di alam bebas dari hambatan alam sebelum mendapat pertolongan. Sedangkan menurut pengertian lain, survival adalah suatu kondisi dimana seseorang/kelompok orang dari kehidupan normal (masih sebagaimana direncanakan) baik tiba-tiba atau disadari masuk ke dalam situasi tidak normal (di luar garis rencananya).
 Orang yang melakukan survival disebut survivor. Survival yang biasa dilakukan yaitu di hutan/alam bebas sehingga disebut jungle survival. Survival terjadi karena adanya kondisi darurat yang disebabkan alam, kecelakaan, gangguan satwa, atau kondisi lainnya.



1)    Komponen pokok survival terdiri atas:

·     Sikap mental berupa hati yang kuat bertahan hidup, mengutamakan akal sehat, berpikir jernih dan optimis
·         kondisi fisik yang fit dan kuat
·         tingkat pengetahuan dan ketrampilan
·         pengalaman dan latihan
·         perlengkapan berupa survival kit

2)     Langkah-langkah survival
·      Jika tersesat lakukan tindakan pedoman STOP (Seating, Thinking, Observation, dan Planning)
·         Lakukan pembagian tugas kepada anggota kelompok
·         Tetap berusaha mencari pertolongan
·         Hemat terhadap penggunaan makanan, minuman dan tenaga
·       Hindari dan jauhi masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu dari diri sendiri, orang lain dan alam
3)  Kebutuhan dasar survival
A. Air
Syarat-syarat fisik air bersih yang layak untuk diminum adalah tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Sumber air antara lain mata air, sungai, air hujan, embun, tumbuhan (rotan pisang, lumut, akar gantung, kantung semar), hasil kondensasi tumbuhan, dan air galian tanah
B. Makanan
Saat sumber makanan yang dibawa semakin berkurang, kita dapat memanfaatkan sumber makanan dari alam berupa flora (tumbuhan) dan fauna (hewan). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan adalah buah, batang, daun, dan akar (umbi). Hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tumbuhan:
·         hindari tumbuhan berwarna mencolok
·         hindari tumbuhan bergetah putih, kecuali yang sudah dikenal aman dimakan
·    mencoba mencicipi sedikit atau mengoleskan ke kulit.. biasanya tumbuhan yang berbahaya akan menimbulkan efek gatal, merah dan panas pada tubuh
·         variasikan makanan yang dimakan untuk menghindari akumulasi zat yang mungkin buruk bagi kesehatan
·         jangan memakan tumbuhan yang meragukan untuk dimakan
Hampir semua unggas dan ikan dapat dijadikan sumber makanan, begitu juga dengan beberapa serangga, reptil, dan mamalia. Kendala utama untuk mendapatkan hewan-hewan liar tersebut adalah cara menangkapnya. Oleh karena itu perlu membuat perangkap (trap) untuk mempermudah menangkap hewan liar tersebut
C. Shelter
Shelter adalah tempat perlindungan sementara yang dapat memberikan kenyamanan dan melindungi dari panas, dingin, hujan dan angin. Shelter dapat menggunakan alam seperti gua, lubang pohon dan celah di batu besar. Selain itu dapat dibuat dari tenda, plastik dan ponco atau menggunakan bahan dari alam seperti daun-daunan atau ranting.
D. Api
Api berguna untuk penerangan, meningkatkan semangat psikologis, memasak makanan dan minuman, menghangatkan tubuh, mengusir hewan buas, membuat tanda/kode, dan merokok. Sumber api berasal dari korek api, lup/teropong, menggosok-gosokkan kayu dengan kayu, membenturkan logam dengan logam atau batu.
Ada hal lain yang menentukan lamanya kita berada pada kondisi survival, yaitu keputusan apakah kita akan menetap (survival statis) atau bergerak keluar mencari bantuan (survival dinamis)

Faktor Penyebab Survival
            Seseorang terpaksa harus melakukan survive dapat diakibatkan beberapa faktor seperti:
a.       Tersesat saat melakukan perjalanan
b.      Kecelakaan pesawat/kapal
c.       Terhimpit reruntuhan bangunan
d.      Hanyut, dll
Survival merupakan cara hidup sederhana dengan pertimbangan waktu yang singkat untuk melakukan improvisasiyang menguntungkan dalam upaya mempertahankan hidup hingga datangnya bantuan. Dan fungsi keberhasilannya adalah bagaimana memanfaatkan otak untuk berimprovisasi.

Survival sendiri terdiri dari survival darat dan survival laut. Dapat dibagi lagi berdasarkan jenis medannya, sehingga dikenal :
a. Survival di hutan.
b. Survival di laut.
c. Survival di padang pasir.
d. Survival di kutub.

BIVAK/SHELTER
Pengertian yang umum adalah tempat tinggal sementara untuk bertahan hidup yang besifat melindungi dari serangan hawa panas atau dingin dan tempat untuk beristirahat. Hal ini berhubungan dengan survival dalam hal mencari tempat berlindung untuk melakukan pertahanan hidup dari kondisi lingkungan yang buruk. Pembuatan bivak dapat dilakukan dengan bahan-bahan yang diperoleh dari alam, seperti daun dan ranting kayu.
Bila seorang pendaki atau bersama-sama pastikan membawa tenda atau minimal jas hujan dan kantong plastik besar. Tenda merupakan tempat yang paling baik untuk beristirahat dan menentukan target berikutnya untuk esok hari dalam perjalanan serta aman dari angin dan hujan. Untuk itu diperlukan pengetahuan untuk mendirikan bivak yang sesuai dengan syarat:
1. Bangun pada tempat yang datar
2. Jangan mendirikan bivak di puncak gunung
3. Jangan mendirikan tenda di puncak dan terbuka untuk menghindari bahaya petir
4. Jangan mendirikan tenda tepat di tempat yang cekung
5. Hindari pendirian tenda tepat di bawah kayu lapuk atau mati
6. Tempatkan bagian terbuka dari bivak berlawanan dengan arah mata angin. Dengan mengetahui arah mata angin, maka lebih mudah membaca jatuhnya air hujan sehingga dapat menentukan tempat perapian yang baik.

Tujuan Bivaking :
a. Melindungi diri dari faktor alam dengan tidak merusak lingkungan alamnya.
b. Merupakan teknik survival
c. Tempat koordinasi/perencanaan lebih lanjut
d. Sebagai tanda komunikasi.
Sebab-sebab bivack:
a. Tersesat
b. Perjalanan terhenti karena hujan
c. Kemalaman
d. Operasi SAR, dll.
 Pembuatan bivack:
a. Bahan dari alam pohon (utuh maupun tumbang)daunan, ranting, gua, atau lobang.
b. Bahan sintetik berupa bahan yang kita bawa seperti ponco, parachute, tali, dsb
Jenis bivack:
a. Bivoack darurat berupa daunan dan ranting
b. Bivoack sementara berupa ponco
c. Bivoack semi permanen berupa gua atau gubuk sederhana.
 Pemilihan tempat
6. Kemiringan (pengaruh arah angin dan aliran air)
a. Teduh dan perlindungan dari air
b. Keamanan dari faktor alam
c. Lapang
d. Pemandangan indah
e. Jenis tanah (stabil/labil)
f. Dekat dari fasilitas yang dibutuhkan seperti air,sumber makanan.
A. Tempat membangun bivak
Pada dasarnya bivak bisa dibuat di atas pohon dengan jalan membuat penyangga. Usahakan dengan menggunakan bahan yang kuat seperti bambu, kayu, dll.
Pada umumnya bivak dibuat di atas tanah yang dapat dilakukan pada:
1. Bekas pohon yang telah tumbang yang membentuk rongga di bawahnya. Tetapi harus diperhatikan kualitas kayunya demi keselamatan kita.
2. Bila ditemukan gua sebaiknya diperiksa sekitar gua apakah ada jejak, bau amis, sisa kotoran dari binatang buas. Jika tidak ada, gua dapat ditempati tetapi sebelumnya harus dibersihkan dulu.
3. Membangun dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita.
4. Pada daerah yang berbatu, carilah daerah berbatu kokoh dan tidak mudah runtuh.
B. Cara membangun bivak
1. Lakukan penyesuaian antara tempat dengan tenda yang kita bawa. Itu kalau kita membawa tenda.
2. Ponco atau kantong plastik.
3. Menggunakan bahan-bahan alam.











B.     ROCK CLIMBING
Panjat Tebing adalah Seni olahraga atau Hobi yang dilakukan dengan mengandalkan kelenturan dan kekuatan otot serta tekhnik tersendiri untuk memanjat mencapai Puncak Tertinggi.

ETIKA PEMANJATAN
Secara umum etika pemnjatan sama dengan etika – etika dalam penjelajahan alam lain :
1. Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar
2. Dilarang meninggalkan sesuatu kecuali jejak
3. Dilarang membunuh sesuatu kecuali waktu
Secara khusus ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika panjat tebing adalah sebagai berikut :
1. Menghormati adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat.
2. Menjaga kelestarian alam.
3. Merintis jalur baru.
4. Memanjat jalur bernama.
5. Pemberian nama jalur.
6. Memberi keamanan bagi pemanjat lain

BAGIAN – BAGIAN TEBING
- Poin : Bagian Pada Tebing yang bias dijadikan tempat Pegangan dan Pijakan
- Rekahan : Bagian Tebing Yang retak membentuk rekahan
- Rock : Bagian/ Poin tebing yang terjatuh kedasar tebing
- Roof : Bagian Tebing yang berbentuk Kursi terbalik.

KODE – KODE YANG DIGUNAKAN DALAM PEMANJATAN

Kode – kode pemanjatan adalah sebagai berikut :
1. Climb : Pemanjat Menginstrusi kepada Pembilay bahwa pemanjat siap memanjat
2. Climbing : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat bhw dia siap mengamankan
pemanjat
3. On Belay : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa pemanjat memulai
memanjat
4. Belay On : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat bhw dia telah mengamankan
pemanjat
5. Full : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar tali dikencangkan
6. Slack : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar tali dikendorkan
7. Rock : Pemanjat Memberitahukan kepada orang yang berada dibawah bahwa ada
batuan tebing yang jatuh
8. Top : Pemanjat Memberitahukan bahwa dia telah sampai pada puncak
9. Belay of : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa dia tidak membutuhkan
lagi pengamanan
10. Of Belay : Pembilay Menginstrusi kepada pemanjat bahwa dia tidak mengamankan
lagi

SISTEM PEMANJATAN PEMANJATAN

1. Alphine Tactis (Alpine Push)
Adalah system pemnjatan yang mana pemanjat melakukan pemanjatan sampai puncak tanpa turun ke basecamp, jadi pemanjat selalu berada di tebing saat tidur sekalipun (tidur gantung/hanging bivouak).
Didalam system pemanjatan ini segala aktifitas di luar pemanjatan akan dilakukan di tebing, untuk ini segala peralatan dan perbekalan harus benar-benar diperhitungkan, misal kebutuhan makan, minum dan lain-lain. Penggunaan sistem ini juga harus memperhitungkan personil yang bertugas untuk mengangkat barang-barang yang banyak tersebut dengan teknik load carry sehingga membutuhkan personil minimal tiga orang (1 orang leader, 1 orang bellayer dan 1 orang load carry).
2. Himalayan Tactic (Siege Tactic / Himalayan Style)
Adalah Pemanjatan hanya dilakukan hingga sore hari, kemudian pemanjat turun ke camp dasar dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya.
Tali yang digunakan sampai picht terakhir ditinggal untuk melanjutkan pemanjatan, Jadi sebelum melanjutkan pemanjatan leader dan bellayer jumaring sampai picht terakhir, baru kemudian melanjutkan pemanjatan. Kelebihan-kelebihan system ini adalah dalam pemanjatan cukup dibutuhkan dua personil untuk membuka jalur (leader dan bellayer), tidak diperlukan load carry dan hanging bivoak, walaupun hanya satu personel yang mencapai puncak pemanjatan sudah dianggap berhasil, yang terakhir pemanjat dapat melakukan istirahat dengan nyaman dibase camp. Kekurangan nya ialah membutuhkan banyak peralatan terutama tali, Panjang tali disesuaikan dengan panjang lintasan yang akan dilakukan dalam pemanjatan, pemanjatan yang menggunakan system ini membutuhkan waktu lebih lama.

PERALATAN PANJAT TEBING

Tali/Carnmantel berfungsi sebagai pengaman pemanjat apabila terjatuh.
Webbing.
Carabiner
Piton
Runners
Prusik/sling
Harness
Hammer
Tangga
Chock stopper
Chock hexentric
Friend
Tri Cam
Bolt
Jummar
Helm
Sky Hook/Fifi Hook
Chalk bag



C.      NAVIGASI DARAT
Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.
Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :
  • Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
  • Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
  • Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
  • Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut.
  • Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).
  • Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.

Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
  • Badan, tempat komponen lainnya berada
  • Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
  • Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat



Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
  1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
  2. Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
  3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
  4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
  5. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.


Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
  1. Lakukan orientasi peta
  2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
  3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
  4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
  5. Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
  6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
  1. Lakukan orientasi peta
  2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
  3. Bidik obyek yang kita amati
  4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
  5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
  6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

Azimuth – Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
  • Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
  • Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
  2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
  3. Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
  4. Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
  5. Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.

D.    MANAJEMEN PERJALANAN
Manajemen Perjalanan adalah syarat penting ketika Anda atau Kelompok yang ingin melakukan perjalanan. tanpa itu, maka bisa kita bilang perjalanan tidak akan berjalan baik. kuncinya ada di Persiapan Sebelum memulai kegiatan/perjalanan biasakanlah untuk mempersiapkan diri/kelompok anda secara seksama. artinya melihat kebutuhan kegiatan/perjalanan dengan lengkap,tuntas dan teliti. sebisa mungkin tidak ada yang tercecer. Karena ini adalah wujud tanggung jawab awal kita atas diri kita sendiri maupun kelompok yang kita pimpin. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan secara konsep yaitu 4W + 1H. di dalam bidang jurnalistik konsep ini dipakai oleh wartawan ataupun reporter untuk pencarian berita. di mana mereka harus merekam sebuah kejadian dengan konsep tersebut. ok baik sekarang kita lihat perbagian agar bisa lebih jelas
Who = Siapa?
Siapa yang akan melakukan perjalanan, dengan siapa, bagaimana sikap mental dan kondisi fisiknya.
What = Apa?
Apa tujuan kegiatannya (Sport, Hoby,Education,research,ekspedisi dll).
When = Kapan?
Ini mencakup perencanaan mengenai kapan memulai kegiatan perjalanan, kapan berakhirnya, dan berapa lama kegiatan ini berlangsung.
Where = Dimana?
Bagian ini adalah sebuah tujuan dari perjalanan yang harus ditentukan. agar perjalanan menjadi fokus.
How = Bagaimana?
Bagaimana kita dapat melakukan perjalanan dengan melaksanakan 4W. selain itu, bagaimana kita menentukan bentuk perjalanan misalnya mendaki gunung (hiking), Panjat tebing (rock climbing), penelusuran gua (caving) arung jeram (rafting), menyelam (diving), selancar (surving). bentuk kegiatan ini akan terkait dengan tujuan dan persiapan kebutuhan yang harus dipersiapkan.
Pelaksanaan
Setelah perencanaan dan persiapan tersusun, dengan merencanakan lintasan perjalanan baik perkiraan jarak maupun estimasi waktu, anggaran biaya,dan kebutuhan logistik yang mencakup (konsumsi, perlengkapan), maka dengan demikian perjalanan siap dilakukan.
Evaluasi
Menjadi hal penting untuk proses pembelajaran. di mana kita bisa melihat kekurangan dan kelebihan dari proses perjalanan yang sudah berlangsung. dengan demikian kita mampu memperbaiki kekurangan dan mengembangan kelebihan untuk proses perjalanan yang akan kita lakukan kemudian hari.
Perencanan perjalanan Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data kita dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan kita tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan kita daki. Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya.Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan : Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
■ Mempelajari medan yang akan ditempuh.
■ Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
■ Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
■ Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
■ Perlengkapan dasar perjalanan Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas
■ hujan, dll. Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
■ Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
■ Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper /
■ tissu, dll. Ransel / carrier.
■ Perlengkapan pembantu Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
■ Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
■ Jam tangan.

Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.
•Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya.
•Masukkan dalam kantong plastik.
•Letakkan barang barang yang ringan dan jarang penggunananya (mis : Perlengkapan tidur) pada yang paling dalam.
•Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah diambil.
•Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan / punggung.
•Buat Checklist barang barang tersebut




Perlengkapan Perjalanan
1.       Carrier/ Daypack + Cover bag
2. Flysheet
3. Tenda
4. Matras
5. Kemeja Lapangan
6. Celana Lapangan
7. Sepatu Trekking
8. Sendal Gunung
9. Gaiters
10. Rain Coat/ Ponco/ Jas hujan
11. Sleeping Bag
12. Baju hangat/ Jacket
13. Celana Panjang Training
14. Sarung Tangan dan Kaos Kaki
15. Topi + Kupluk + Bandana
16. Ikat Pinggang
17. Jam Tangan
18. Pakaian Ganti Secukupnya
19. Perlengkapan Mandi (ketika mendaki gunung kebutuhan ini tidak boleh digunakan di atas gunung)
20. Kompor Gas + Gas Hi-Cook
21. Nasting
22. perlengkapan makan dan minum plastik atau alumunium
23. Gunting
24. Pisau lipat/serba guna (Victorinox)
25. Korek Api
26. Tissue kering dan basah
27. Bahan makanan
28. P3K
29. Trash Bag/ Kantung Plastik Sampah
30. Webbing + Prusik + Tali Kur + Tali Rafiah
31. Lampu tenda
32. Lilin
33. Lampu Senter/ Head Lamp
34. Alat perekam gambar (Digital Camera dan Handycame)
35. Kacamata
36. Sunblock
37. Indentitas diri (KTP, SIM dll)
38. Peralatan Navigasi (Kompas, Peta Topografi, Penggaris Segitiga, Protaktor, Alat dan Buku Tulis)
2.       Prinsip Packing
  • barang yang berat disarankan ada dibagian atas dan sedekat mungkin ke badan agar berat seluruh beban jatuh di pundak. Pembagian berat harus merata di seluruh punggung.
  • barang yang ringan diletakan dibagian bawah.
  • barang yang dibutuhkan dalam perjalanan diletakan dibagian atas dan kelompokkan barang – barang tersebut menurut fungsinya, lalu letakkan menurut tingkat kebutuhannya. Contoh : Perlengkapan tidur diletakkan paling bawah karena digunakan pada malam hari, diatas perlengkapan tidur adalah pakaian ganti, tenda, lalu makanan, tempat air, dan perlengkapan masak.
  • Manfaatkan ruangan dalam carrier seefisien mungkin, misalnya nesting jangan dibiarkan kosong tetapi isilah dengan beras dan telur.
B.     Hal yang dilakukan selama masa bimbingan (MABIM)
a.       Survival :
·         Membuat bivoack
·         Mencari makanan dialam bebas
·         Mencari tumbuhan dialam bebas
b.      Rock Climbing
Teknik pemanjatan tidak dilaksanakan karena medan yang dilalui menggunakan teknik pendakian Walking .
c.       Navigasi Darat
·         Melakukan resection
·         Melakukan intersection
·         Menentukan koordinat peta
·         Memahami maksud kontur didalam peta
·         Memahami cara mempergunakan kompas dan peta
d.      Mountaineering
·         Membuat bivak untuk diri sendiri
·         Membuat bivak untuk kelompok
·         Melakukan pengecekan barang
·         Melakukan packing yang baik dan benar
·         Membuat list barang dan perbekalan yang dibutuhkan oleh seorang mountaineer





BAB III
a.       Hasil
Saya jadi lebih tau cara peralatan yang harus dibawa oleh seorang pendaki :
-          Ransel
-          Matras
-          Ponco
-          Raincoat
-          Golok/pisau
-          Baju ganti
-          Tali
-          Botol minum
-          Webbing
-          Alat makan (piring sendok, gelas)
-          Lilin
-          Senter
-          Nesting
-          Alat masak
-          Alat mandi
-          Pelindung kepala
-          Sarung tangan
-          Kaus kaki
-          Sepatu
-          Baju pdl
-          Celana PDL
-          Kompor
-          Parapin
-          Topi rimba
-          P3k
-          Peta
-          Kompas
-          Protaktor
-          Penggaris
-          Busur
-          Alat tulis
-          Buku
-          Sleepingbag/sarungbag
-          Benang
-          Peniti
-          Jarum


Saya jadi lebih tau cara packing yang baik dan benar yaitu :
-          Beban terberat disimpan di cerrier paling bawah . agar beban terberat ada ditumpuan paling bawah
-          Kelompokan barang sesua dengan kegunaanya . agar untuk mempermudah pengorganisasiannnya
-          Letakkan barang barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai
-          Jangan sampai ada barang yang berada diluar cerrier . usahakan semuanya masuk kedalam cerrier .

b.      Kekurangan
-          Pada saat praktek tidak membuat api .
-          Kurang kompak
-          Kurang perlengkapan
-          Kurang persiapan
-          Kurang menguasai materi sepenuhnya

c.       Solusi
-          Menurut saya sebaiknya dilakukan pembuatan apimungkin salah satu rekan saya ada yang belum bias menyalakan api .
-          Sering sering berkumpul diluar agar kekompakan dapat terjalin
-          Jangan berpikir seperti siswa
-          Memperdalam materi lagi
-          Menyiapkan lagi hal yang sekiranya akan dibutuhkan pada saat terjadinya kegiatan









BAB IV
a.       Kesimpulan
 dalam mabim ini saya dapat memperdalam pelajaran yang amat berharga , pengetahuan, ilmu, pengalaman dan semua hal posotif bagi saya . umumnya bagi rekan rekan saya. Walaupun dalam masa bimbingan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan . akan tetapi dalam masa bimbingan ini saya jadi merasa lebih sadar dan tau akan kesalahan yang saya perbuat . semoga dalam diadakannya masa bimbingan ini saya jadi merasa lebih baik dari sebelumnya . dan bagi saya mabim ini sangat bermanfaat dan dapat menjadi cerminan yang baik untuk kedepanya .

b.      Mungkin dsys hsrud lebih berfikir lebih rinci lagi agar kesalahan yang sudah saya buat tidak terulang lagi untuk  kesekian kalinya .
Semoga laporan ini dapat menjadi cermina untuk pembaca































BAB V
Penutup
Demikian yang bisa saya sampaikan . mohon maaf bila banyak kesalahan dan kekurangan. Semoga laporan dari saya ini dapat bermanfaat bagi pembaca .
Wasalamualaikum wr.wb



















LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Laporan kegiatan masa bimbingan mountaineering siswa pecinta kelestarian alam (SISPAKALA) SMAN 4 GARUT
Penulis : Sita Rahmi Fauziah
NTA : EX. S 001 AL







Cikajang, Desember 2013
Mengesahkan,



Pembimbing                                                                                        ketua pelaksana

      

Kharisma B Pratama                                                                           Sanda Nurfadilah
NTA : S 006 KP                                                                                 NTA : S 038 BJ